Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Teman SuamiKu

Sebut saja nama ku Sinta, wanita umur 28 thn dan orang-orang bilang bentuk tubuhku amatlah proposional, tinggi 170 cm berat 55kg dan ukuran buah dada 34B, ditunjang wajah cantik (itu juga orang-orang yang bilang) dan kulit putih cerah. Sebelumnya aku memang sering bekerja menjadi SPG pada pameran mobil dan banyak orang mengelilingi mobil yang aku pamerkan bukan utk melihat mobil tetapi untuk melihatku. Menikah dengan Roni, 30 thn, seorang pekerja sukses. Kami memang sepakat utk tidak punya anak terlebih dahulu dan kehidupan seks kami baik-baik saja, Roni dapat memenuhi kebutuhan seks ku yang boleh dibilang agak hyper..sehari bisa minta 2 sesi pagi sebelum Roni berangkat kerja dan malam sebelum tidur.

Namaku Wiwit

Namaku Wiwit. Aku putuskan menulis kisah ini, mungkin sebagai cara mencoba memahami diri sendiri, dan menyelami hubungan tabu yang kian dalam antara aku dan anakku, Mul --kini berusia 20 tahun. Hubungan gelap ini sekarang sudah berlangsung dua tahun. Sementara kebanyakan ibu mungkin jijik membaca kisah ini, aku malah sudah tak merasa malu dengan perjalanan cinta kami. Bagiku ini bukan sekadar perbuatan terlarang, seks terlarang... meski aku mengaku bahwa daya pikatnya memang begitu. namun, seks antaara seorang ibu dan anak tak bisa tidak kecuali memiliki kedalaman emosional yang bertahan di dalam sana, dan pada pengalamannku, itu adalah rasa cinta mendalam yang kami bagi ketika berhubungan intim. Bagiku hubungan intim itu terangkat keluar dari ketidakpantasan ke kondisi khusus tempat cinta mendalam dan gairah seks bersatu membentuk situasi yang sulit dijelaskan hanya dengan kata inses, melainkan kenikmatan puncak yang bermakna bagiku untuk kulakukan dan kuungkapkan di sini.

Suprianto

Namaku Supriyanto, umurku 18 tahun, baru saja lulus SMU tahun ini. Aku anak dengan orangtua tunggal. Ibuku meninggal pada saat aku berusia 11 tahun karena sakit, sedangkan bapak sejak ibu meninggal, kerja sebagai TKI di Korsel. Jadi hanya tinggal aku sendiri yang menempati rumah orangtuaku di desa ini. Aku tidak perlu kuatir kekurangan uang saku, karena setiap bulan bapak mengirimkan uang lebih dari cukup untuk hidup sebulan. Jadi sedikit demi sedikit aku dapat menabung.

Cara Memotivasi Anak

Diana, sebuah nama yang dipilih oleh orang tuanya dulu. Kini, ia menamani anaknya Dana, selain karena bunyinya hampir mirip, juga karena Diana berharap anaknya tidak akan kekurangan dana selama hidupnya. Namun ternyata, nasib berbicara lain. Kini, setelah beranjak gede, Dana ternyata sangat santai dalam menghadapi hidup ini. Alih – alih memikirkan universitas mana yang akan ditempuh, Dana malah telah memutuskan untuk bekerja sehabis lulus SMA. Tiap hari kerjanya hanya main gim saja. Entah apa yang salah, batin Diana.

Cara Memotivasi Anak 2

Setengah jam kemudian Dana hampir selesai menyiapkan tempat. Di sisi sofa telah dipasangi lampu yang mirip di studio foto hingga membuat pencahayaan pada sofa sangat terang. Sedang hampir satu meter di depan sofa terdapat tripod yang dipasangi handycam. Saat mengecek handycam, Dana mendengar langkah mamanya datang. “Cantiknya!”

Cara Memotivasi Anak 3

Semakin hari Diana merasa anaknya semakin Dewasa, semakin berpandangan terbuka. Kesepakatan ini sepertinya hal yang sangat disukuri Diana. “Kok gitu?” “Mama kan mama kandung Dana. Akhir – akhir ini Dana bener – bener seneng main sama mama. Tapi, tentu ini gakkan selamanya. Apa pun yang terjadi, Dana tetap anak mama, gak akan pernah jadi pria, atau bahkan suami mama. Tapi tentu teman Dana gak akan seperti Dana. Apalagi saat kita liburan nanti.”

Tradisi

Aku dilahirkan di sebuah desa yang memiliki tradisi yang sangat unik terutama untuk urusan mendidik anak tentang sek. Desaku adalah sebuah desa yang agak terpencil. Untuk mencapai jalan aspal saja kami harus meretas semak belukar kurang lebih 30 kilometer dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Kalau dibelahan lain negeri tercinta ini ada tradisi menyuguhkan istri untuk tamunya kalau di desaku hampir dapat dikatakan treesome tapi dalam batas hubungan keluarga.

Ketika Paman Pergi

Aku dibesarkan di sebuah desa yang boleh dibilang tidak begitu ramai. Akan tetapi karena nenek memiliki anak yang lumayan banyak, sehingga keadaan di rumah kami sedikit berbeda dengan tetangga yang lain. Aku sendiri sebenarnya hanya anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku perempuan, terpaut beda sekitar lima tahun denganku. Keadaan keluargaku sedikit kurang beruntung dibanding saudara-saudara ibu yang lain, ayahku hanya seorang pekerja serabutan, sedang ibuku sesekali menjadi tukang cuci.

Istri - Istri Kami

Triyono (samaran) adalah sahabat lamaku sejak aku SMA. Kini setelah kami sudah mempunyai anak remaja (umurku 46 tahun) dia masih sahabatku, bahkan istrinya yang bernama Atik (samaran) dan istriku sangat akrab, dan kami rutin selalu ketemu kalau tidak dirumahnya, ya dirumahku. Bahkan jika aku dan Triyono pergi mancing ketengah laut dengan sewa perahu, tak jarang istriku menginap dirumah menemani istrinya atau sebaliknya (karena anak kami sudah remaja dan mereka kuliah dikota lain).

Pengganti Istri

Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Sebetulnya aku sudah menikah, bahkan rasanya istriku tahu akan hobiku mencari daun-daun muda untuk “obat awet muda”. Dan memang pekerjaanku menunjang untuk itu, baik dari segi koneksi maupun dari segi finansial. Namun semenjak istriku tahu aku memiliki banyak sekali simpanan, suatu hari ia meninggalkanku tanpa pamit. Biarlah, malah aku bisa lebih bebas menyalurkan hasrat.

Akibat Pisah Ranjang.

Aku anak sulung dari dua bersaudara, di lahir dari keluarga yang cukup sederhana pasangan Burhan (48) dan Safiyah (38). Ayah seorang wiraswasta sedangkan ibunnya PNS di kota. Ratu Atut Pauziah. Ayu menikah diusianya yang masih sangatmuda yakni 19 tahun, tamat SMA ia langsung dinikahkan. Karna kepergok oleh ibunya saat bersetubuh dengan sang pacar dirumah mereka.

Rumah Angsa

Siska berdiri di depan cermin. Mematut-matut. Mengatur supaya payudaranya tak terganjal di antara dua cungkup BH. Ia belokkan puting yang tidak mematuk kutang secara benar.  "Tak bolehkah Ayah bangga memiliki putri semolek ini? Hm?" Tiba-tiba Ayah mengangsurkan lengan, membentuk lingkaran dekap.  Sisak terkejut, tetapi merasa senang. Ayah selalu datang tiba-tiba, memeluk dari belakang, memamerkan bulu-bulu tangannya yang lebat. Biasanya Siska menjumputi bulu-bulu itu. 

Ayah Mertua, Suami BaruKu.

Namaku Fara, usiaku baru saja menginjak 26 tahun. Aku telah menikah dengan mas Budi (nama suamiku) selama lebih dari 5 tahun. Pernikahan kami dapat terbilang langgeng, tentram tanpa adanya gangguan ataupun masalah yang berarti. Begitupun dengan hubungan birahi kami, semua berjalan lancar seperti pasangan-pasangan lainnya. Bertahun-tahun aku dan suamiku memiliki kehidupan seks yang bagus, dan dia benar-benar bisa memuaskan nafsu birahiku. Berbagai macam literature kami baca dan pelajari guna mendapatkan ide serta masukan baru guna mempererat tali birahi kami. Mulai dari koran, majalah, novel stensilan, hingga internet, mengisi keseharian kami berdua.

Tante Helena.

Cerita ini dimulai pada suatu hari saat Billy baru pulang dari sekolah. Saat masuk ke ruang tengah, dia melihat bahwa ibunya sedang kedatangan seorang tamu. "Ah Billy, ini Tante Helena, dia akan menyewa kamar dirumah kita." Billy melihat bahwa wanita itu mengenakan sebuah cincin kawin, dia berasumsi bahwa wanita itu mungkin adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya atau bercerai.

Serunya Main Poker.

Sabtu malam adalah malam poker, itu sudah berlangsung selama empat tahun terakhir, dan Meredith seharusnya membiarkan itu terus berlangsung sampai James merasa bosan dengan permainan tersebut. Itu merepotkan karena Meredith harus merelakan malam-malam liburannya pada akhir pekan tersebut. Tapi James benar-benar ahli dalam melakukan apapun yang Meredith inginkan pada hari Jum'at dan Sabtu sehingga Meredith benar-benar tidak mengeluh.

Istri Setia.

Mungkin pembaca bertanya-tanya kenapa aku menceritakan kisah yang sebenarnya memalukan bila diketahui orang lain ini? Aku sendiri sesungguhnya juga bingung kenapa aku nekad menceritakan kisah ini pada para pembaca. Tetapi yang jelas seperti ada sensasi tersendiri yang kurasakan bila kisah gila ini dapat dibaca oleh banyak orang. Apalagi melalui internet, identitasku jelas tidak akan diketahui oleh orang lain. Sebelum kupaparkan kisah gilaku ini, ada baiknya aku memperkenalkan sedikit identitasku pada para pembaca. Agar ketika membaca kisah nyata ini, para pembaca mempunyai bayangan yang jelas bagaimana pelaku (sekaligus penulis) dalam kisah yang sangat sensasional ini.

Rutinitas Di Pagi Hari.

Aku harus memberitahu seseorang tentang cerita ini, dan aku tidak bisa menceritakannya pada orang yang ku kenal, jadi aku rasa itu adalah kamu. Nama ku Rick. Aku tinggal dengan ibuku di dalam sebuah apartemen dua kamar di Chicago. Ibu ku bekerja di salon untuk mencukupi kebutuhan hidup kami. Setiap pagi tepat jam 6 dia akan masuk ke kamar ku dengan secangkir kopi lalu membangunkan aku untuk pergi ke sekolah. Dia selalu menaruh kopi itu di atas meja ku kemudian duduk disisi tempat tidur ku. "Hey Big Guy, bangun dan sarapan. Waktunya untuk bangkit dan bersinar!" Waktu yang sama, rutinitas yang sama setiap pagi.

Liburan Bersama Mami

Selepas ujian EBTANAS untuk sekolah menengah atas yang sangat menegangkan dan membosankan, aku , Ibu dan Ayah merencanakan liburan di Danau Toba. Ibarat rombongan Group Elite, Kami bertiga pagi itu kebandara Cengkareng , dengan penerbangan Garuda yang nantinya mengantarkan kami ke Medan . Setibanya dibandara Polonia medan kami telah dijemput oleh seorang petugas travel dengan sebuah mobil kijang Innova 2011 dan seterusnya mengantarkan kami ke Danau Toba yang sebelumnya kami diantar berkeliling kota Medan kurang lebih 2 jam dan setelah Makan Siang disalah satu restoran Mewah dimedan kami lanjutkan perjalanan ke Prapat.

NamaKu Heather

S aya, “Heather”. Ini bukan nama saya yg asli, untuk suatu alasan yg saya pikir paling baik untuk cerita ini dan t idak perlu kita pikirkan apa alasannya. Tapi jika memang anda memikirkan alasanku untuk merubah Nama, saya yakin anda tau apa alsannya. Aku adalah seorang janda y an g berusia 35 tahun dan menjadi orang tua tunggal bagi anak ku. Tinggiku sekitar 165 cm dengan berat badan kurang lebih 57 – 60 kg. Aku tau, kebanyakan wanita t idak berani mengatakan tentang berat badan mereka, tapi saya punya kelebihan dan keberanian untuk mengatakan keadaan tubuhku sekarang karena aku t idak dikenal, sebenarnya tidak ada yg berbeda dalam cerita ini.

Semalam Bersama Mama.

Jumat siang, sepulang dari kuliah, saya diajak ibu kepesta perkawinan keluarga di luar kota, yang jaraknya kurang lebih 200 km atau 4 jam perjalanan mobil kalau tidak lagi macet melewati Puncak. Pesta keluarga rencananya dilangsungkan sebentar Malam jam 19.00. sampai selesai. dan diperkirakan jam 22.00 akan selesai dan langsung pulang lagi ke rumah di Jakarta.  Sesampai di tempat Pesta.. para sahabat dan keluarga banyak yang mengagumi kecantikan Ibu. Malah ada yang bercanda bahwa pasangan Kami (saya dan Ibu Kandungku) adalah ibarat pasangan suami isteri yang sangat serasi. Pokoknya diantara Keluarga dan sahabat , kami lah yang menjadi fokus pandang . Lebih wow… dibandingkan mereka yang sementara duduk dipelaminan malam itu.

Di Atas Pangkuan AnakKu

Saat itu bulan Agustus. Kami menghabiskan pagi itu untuk memuat barang-barang ke dalam mobil. Anak kami, Mike akan pergi untuk kuliah. Saat itu masih pagi tapi suhu diluar sudah panas. Mike, aku dan suami ku cukup banyak mengeluarkan keringat saat mengisi barang-barang ke mobil itu. Bagasi mobil itu sudah penuh dan kursi belakang tidak akan bisa lagi menampung banyak barang. Mike kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil barang-barangnya yang terakhir. Aku mendengar dia keluar dari rumah. Aku berbalik dan melihat dia sedang membawa TV layar datar 42 inchi miliknya.

Pendidikan Sek

Cerita ku ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Janet, seorang teman ku yang tinggal tidak jauh dari rumah ku meminta bantuan ku. Rumah-rumah dilingkungan komplek kami itu serupa, jadi kamu bisa membayangkannya. Tiga kamar tidur, kamar mandi, toilet yang terpisah, dapur, ruang tamu dan ruang makan yang serupa. Diantara rumah dan pekarangan luar kami memiliki sebuah gudang untuk menyimpan batubara, rumah-rumah tersebut dipanaskan menggunakan bahan bakar solid, dan sebuah toilet diluar yang menghadap langsung ke arah dapur atau pintu 'belakang.' Pintu 'depan' itu jarang digunakan kecuali untuk yang terbaik.

Antara Aku, Ibu dan BibiKu

Namaku Riko, usiaku saat ini 16 tahun, baru saja naik kelas 2 SMU. Aku adalah anak semata wayg orangtuaku. Ayahku, Gito, 40 tahun, seorang pegawai swasta, dengan posisi sudah mapan, ibuku, Santi, 36 tahun, juga bekerja sebagai karyawati di sebuah perusahaan swasta. Secara ekonomi keluarga boleh dibilang mapan menengah ke atas. Kami sekeluarga tinggal di kota Jakarta. Ayahku sendiri berasal dari kota Semarang, sementara ibuku berasal dari sebuah desa di dekat kota Tasikmalaya. Kalau aku, ya karena lahir dan besar di kota Jakarta, lebih merasa sebagai orang Jakarta saja tuh.

Akibat Ke Dukun

Aku dilahirkan dalam keluarga pengusaha. Papa dan Mamaku adalah seorang pengusaha. Mereka membangun bisnis bersama dari bawah. Usaha keluarga kami cukup menghasilkan. Kami mampu membeli rumah di daerah Kelapa Gading dan beberapa rumah peristirahatan di luar kota Jakarta. Keluarga kami terdiri dari Papaku, Budiawan berusia 40 tahun, Mamaku, Sinta berusia 36m tahun dan aku, sekarang umurku 18 tahun. Namaku Kenny, tapi sering dipanggil Koko. Kami keturunan Tionghoa. Papaku tampak seperti pengusaha biasa, dengan rambut mulai membotak dan perut buncit. Mama, di lain pihak, adalah seorang wanita yg senang merawat diri. Tubuh Mama tidak pernah gendut. Ia tampak langsing dan memiliki postur yang tegap bagai peragawati. Walaupun dadanya tidak terlalu

Kampung Di Tepi Hutan Jati

Pagi yang indah,Dargo menikmati kopinya dengan duduk di teras depan rumahnya,sesekali melambai dan menyahuti sapaan orang orang yang melintas di depan rumahnya,jalan desa kecil yang hanya ramai bila pagi dan sore hari ketika warga kampung berangkat dan pulang dari sawah,maklumlah desa itu hanyalah desa kecil di tepi hutan jati. Dargo sendiri hanyalah anak desa biasa,bapaknya Suhadi,45 tahun,seorang petani yang beruntung memiliki sawah yang lumayan luas.Ibunya Haryani,biasa dipanggil Yani, 35 tahun, hanya seorang ibu rumah tangga biasa.Nanta sendiri sekarang kelas 2 di smu negeri satu satunya yang ada di kecamatan.