Langsung ke konten utama

Pendidikan Sek

Cerita ku ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Janet, seorang teman ku yang tinggal tidak jauh dari rumah ku meminta bantuan ku. Rumah-rumah dilingkungan komplek kami itu serupa, jadi kamu bisa membayangkannya. Tiga kamar tidur, kamar mandi, toilet yang terpisah, dapur, ruang tamu dan ruang makan yang serupa.
Diantara rumah dan pekarangan luar kami memiliki sebuah gudang untuk menyimpan batubara, rumah-rumah tersebut dipanaskan menggunakan bahan bakar solid, dan sebuah toilet diluar yang menghadap langsung ke arah dapur atau pintu 'belakang.' Pintu 'depan' itu jarang digunakan kecuali untuk yang terbaik.
Kami semua memiliki anak-anak dengan usia yang sebaya, putri ku Christine, berusia 18 tahun, aku juga memiliki seorang putra yang lebih kecil. Aku telah menjadi janda sejak beberapa tahun yang lalu, dan tanpa teman-teman, kemana aku akan berbagi?
Singkatnya, Janet datang pada ku dengan masalahnya. Janet merasa sangat shock saat mengetahui bahwa ternyata putranya yang paling besar, yaitu Jack, teman sekelas dari putra ku Chris, memiliki kontol yang sangat besar, dan Janet merasa bahwa tanpa bimbingan yang benar Jack bisa membuat dirinya terjebak ke dalam "masalah."
Aku juga pernah mendengar tentang kontol ini dari Norma, tetangga ku lainnya yang pernah melihatnya saat dia sedang masuk ke dalam sebuah kebun dan melihat Jack dengan kontol itu ditangannya, tampak jelas sedang menikmati dirinya sendiri.
Komentar Norma adalah bahwa dia berharap kontol itu sedang berada di dalam memeknya. Ak merasa sangat penasaran terutama karena aku pernah melihat Jack dan Chris sedang berada di belakang gudang itu dengan tangannya yang berada diatas sweaternya, dan aku tidak ingin Chris mendapatkan "masalah."
Yang paling utama, aku juga sangat ingin sekali melihat apa yang ibunya dan Norma anggap sebagai sebuah "kontol yang sangat besar" itu. Janet ingin tahu apa yang bisa dilakukan dan apakah aku bisa membantunya.
Kami lalu menyusun sebuah rencana. Saat itu sedang liburan musim panas. Aku mengirimkan anak-anak ku ke rumah neneknya untuk liburan. Chris tidak ingin pergi tapi aku membujuknya bahwa dia akan merasa senang disana. Jack akan di kirim ke sekitar rumah ku untuk membantu ku, dan aku akan memberikan dia sedikit "pelajaran."

Saat itu hari Minggu sekitar puku 10 pagi Jack mengetup pintu belakang rumah ku, pintu tersebut tidak terkunci, selalu begitu, tapi dia itu seorang pemuda yang cukup sopan dan tidak akan mau masuk tanpa dipersilahkan. Karena tidak mendapat jawaban, dia mengetuk lagi dan lagi tapi tetap tidak mendapat jawaban.
Pada ketukan yang ke empat, aku membuka pintu toilet luar dibelakangnya dan dia berbalik, dan aku berdiri sambil menyeka diri ku karena baru selesai buang air kecil. Wajahnya jadi memerah lalu membalikkan tubuhnya untuk melarikan diri.
"Aku kira kau seharusnya diminta untuk membantu ku" kata ku saat aku menarik celana ku ke atas.
"Mum ingin aku melakukan sesuatu" katanya sambil membelakangi ku.
"Tidak, dia mengirim mu untuk membantu ku."
"Dia akan merasa kesal jika dia tahu aku melihat mu sedang berada di toilet itu."
"Nah kalau begitu jangan mengatakan padanya, berikan bantuan mu, aku tidak akan mengatakan padanya."
Aku melangkah masuk ke dalam rumah dan dia mengikuti ku. Aku menutup pintu itu, dia jadi terlihat panik. Pintu-pintu itu selalu dibiarkan terbuka di lingkungan kami saat siang hari.
"Jangan takut, aku tidak akan menggigit. Tidak sekarang. Kau dan aku perlu sedikit mengobrol."
Sekali lagi wajahnya jadi memerah. Aku memandunya ke dalam ruang makan yang berada di bagian belakang dari rumah itu dan tidak terlalu terbuka.
Aku duduk di kursi yang ada disamping perapian dan meminta dia untuk duduk di lengan kursi itu. Aku menaruh tangan ku disekitar pinggangnya dan menarik dia akan lebih mendekat. Aku tahu payudara ku sedang menekannya tapi berpura-pura tidak memperhatikannya. Dia mengenakan celana pendek, dan aku bisa melihat tonjolan itu.."Lalu apa ini" tanya ku sambil menaruh tangan ku di kakinya hanya sedikit diatas lututnya. Dia tidak menjawab.menyelipkan tangan ku ke dalam celananya lalu menyentuh kontolya. Dia mencoba untuk menjauh tapi aku memegangnya erat-erat.
Nah ibu-ibu, seperti yang kalian tahu, memang tidak sopan untuk membicarakan tentang ukuran tapi kita biasanya melakukan itu dan kata mereka, well, kata kita, ukuran itu bukanlah segalanya.
Tapi aku akan mengatakan ini pada mu. Aku pernah merasakan beberapa buah kontol sebelum menikah dengan suami ku dan satu atau dua kontol setelahnya, tapi ya ampun, belum pernah di dalam hidup ku, dan sampai detik ini aku melihat kontol yang berukuran seperti ini.
Ibunya cuma pernah melihatnya saat kontol itu sedang lemas, dan dia mengatakan bahwa ukurannya seperti seekor keledai muda, nah aku belum pernah melihat kontol seekor keledai muda dan Norma mengatakan dia melihat kontol itu saat sedang berada di tangan Jack dan dia berharap dst.
Well, kontol itu sekarang ada ditangan ku dan aku menjadi basah karenanya.
"Nah sekarang" aku sudah memegang kontol mu, "Aku ingin tahu apa yang sudah kau lakukan dibelakang gudang itu dengan putri ku?"
Kontolnya melemas, "Aku.... Aku.... Kami...."
"Jangan bohong pada ku, aku melihat tangan mu sedang berada di bawah sweaternya." Aku meremas kontolnya dengan perlahan dan kontol itu pun kembali hidup secara perlahan.
"Kami tidak melakukan apapun, sungguh."
"Kau sedang meraba payudaranya benar kan?"
Dia menahan kepalanya.
"Betul?"
"Ya." Dia mengaku.
"Kita harus menyelesaikan masalah ini. Kita bisa kau tahu, tapi kau harus berjanji, kau tidak akan mendapatkan masalah apapun, tapi aku harus bisa memegang janji mu bahwa kau tidak akan mengatakan pada siapapun tentang hal ini. Apa kau sudah jelas? Jika ada orang yang tahu maka aku sendiri yang akan memberi tahu mereka apa yang perlu mereka ketahui."
"Menurut mu apa yang akan dikatakan oleh ibumu jika dia tahu tentang barang antik mu ini?"
Dia tidak menjawab.
"Apa aku bisa memegang janji mu itu."
Dia mengangguk.
"Ayo katakan. Katakan 'Aku berjanji aku tidak akan mengatakan pada siapapun tentang apapun yang terjadi hari ini atau hari-hari lain kecuali aku diijinkan untuk mengatakannnya oleh mu!"
"Aku berjanji."
"Ucapkan semuanya."
Dia melakukannya.
"Jika aku pernah mendengar tentang apa yang kita bicarakan hari ini dari siapapun, dan maksud ku siapapun, maka hidup mu akan berubah untuk selamanya!"
Aku menarih tangannya ke payudara ku, ke atas gaun ku yang tipis.
“Jika kau menyukai payudara, rasakanlah ini."
Begitu aku melepaskan genggaman ku tangannya bergerak menjauh dengan begitu cepat.
"Apa ada yang salah dengan payudara ku? Kenapa kau tidak ingin merasakannya seperti yang kau lakukan pada putri ku?"
"Kau seorang nyonya."
"Ya. Jadi apa salahnya?"
"Kau seharusnya tidak menyentuh payudara seorang nyonya karena itu kasar. Dengan cewek-cewek itu berbeda. Mereka menyukainya."
Aku menarik tangannya kembali ke payudara ku, "Begitu juga dengan nyonya-nyonya!"
"Apa aku dihukum karena merasakan payudara putri mu?"
"Tidak, adalah hal yang wajar bagi seorang anak laki-laki untuk merasakan payudara anak perempuan, dan jika dia tidak merasa keberatan maka aku tidak keberatan jika kau merasakan payudara putri ku."
Menurut ku Bob akan merasa lebih terganggu jika dia tahu aku membiarkan Jack merasakan payudara ku dibanding jika dia menangkap basah Jack yang sedang merasakan payudara Chris. Tapi Bob sudah tidak ada dan aku merasa horny dan Janet ingin mendapatkan bantuan atas masalahnya.
Saat Jack sudah sedikit rileks, dia mulai merasakan payudara ku, meremas-remasnya.
"Kenapa kau tidak membuka sebuah kancing dan merasakannya di dalam gaun ku seperti yang kau lakukan pada Chris?"
Aku tahu apa yang akan terjadi hari ini sehingga aku berpakaian menurut hal itu. Sebuah kancing di sepanjang gaun ku, tertutup, tanpa menampakkan belahan. Aku ingin berada di dalam kontrol.
"Maksud mu aku boleh melakukannya?"
"Oh ya, aku rasa jika kau sangat menginginkannya maka akan lebih baik jika aku mengijinkan mu."
Jack mulai membuka kancing-kancing gaun ku, dan dengan hati-hati menyelipkan tangannya ke dalam, dengan lugu dan sangat-sangat lembut dia meraba dan meremas payudara ku melalui bra ku.
"Nah seperti yang kau lihat, nyonya-nyonya itu tidak jauh berbeda dengan gadis-gadis remaja, mereka memiliki hal-hal yang sama. Apa payudara ku terasa sama seperti payudara Chris?"
"Well, hampir mirip, tapi lebih lembut."
"Apa kau pernah merasakan di dalam bra nya?"
"Belum, dia bilang kami tidak boleh."
"Hermmm... Itu berarti kau mencobanya!"
"Tapi aku tidak... Dia mengatakan kami tidak boleh."
"Mengapa dia mengatakan kau tidak boleh masuk ke dalam bra nya?"
"Dia mengatakan kalau itu kasar dan kami mungkin akan mendapat masalah jika dia membolehkan ku."
"Kenapa kau ingin melakukannya?"
"Aku tidak tahu... Teman-teman ku bilang mereka melakukan itu dengan pacar mereka, tapi Chris marah saat aku menginginkannya... jadi aku tidak melakukannya."
"Apa kau melakukannya di waktu lain?"
"Aku mencoba tapi dia mengatakan jika aku mencobanya lagi maka dia tidak mau lagi bermain dengan ku. Jadi aku tidak melakukannya."
"Apa kau ingin tahu rasanya?"
"Jika kau tidak mengatakan bahwa itu kasar, dan aku boleh melakukannya."
"Nah baiklah kalau begitu. Tapi kau harus ingat dengan janji mu untuk tidak memberi tahu siapapun, bahkan pada Chris... Ok?"
Jack mengangguk kemudian memasukkan tangannya ke dalam bra ku.
Bra ku jadi terlalu penuh, dengan payudara ku dan tangan-tangan Jack di dalamnya. Jahitannya jadi merenggang. Aku bisa mendengar dan merasakannya. Jack tampak jelas menikmati apa yang dia rasakan dan sejujurnya, aku juga.
Tangan ku masih menggenggam kontolnya ke atas dari celananya, dia tampaknya jadi semakin mengeras saat dia bermain-main dengan payudara ku. Dia menikmati apa yang dia rasakan dari payudara ku, dan sebagai semacam reward, setiap kali dia manyentuh puting ku, aku meremas kontolnya.
Itu membuat kontolnya jadi tetap mengeras dan layak untuk dipegang. Hal-hal harus dilanjutkan tentu. Cara aku memikirkannya adalah jika aku memainkan kartu ku dengan benar, maka aku bisa menyelesaikan masalah Janet, memastikan putri ku akan aman, dan mungkin aku juga bisa mendapatkan kesenangan.
"Apa kau menikmati itu?" Aku tersenyum pada Jack.
"Mmmm...ya."
"Apa rasanya sama seperti saat kau mencoba untuk melakukannya dengan Chris?"
"Mirip."
"Jadi apa bedanya?"
"Kulitnya terasa berbeda, dan ukurannya lebih besar serta rasanya lebih empuk."
"Jauhkan tangan mu." Kontol Jack jadi melemas di tangan ku. Dia segera menarik tangannya dari payudara ku.
"Jangan cemas, kita cuma perlu pindah ke ruangan lain."
Aku memandunya ke ruang tengah, dengan cara menarik kontolnya, pada saat kami melewati pintu itu aku sudah membuat kontolnya jadi menegang lagi.
"Apa Chris pernah memegang kontol ini?" Aku sedikit mengocok kontolnya.
"T... T... Tidak." katanya.
"Aku bisa tahu kalau kau berbohong. Jangan coba-coba berbohong pada ku."
"Apa Chris pernah memegang kontol mu?"
"Y..y..ya."
"Dan, apa yang dia lakukan dengan kontol ini?"
"Dia menggosoknya."
"Kenapa dia melakukan itu?"
"Karena aku yang memintanya. Dia memegang kontol ku dan aku memintanya untuk menggosoknya karena terasa nikmat."
"Apa dia memasukkan tangannya ke dalam celana mu?"
"Tidak."
"Lalu bagaimana?"
"Dia mengeluarkan kontol ku dari dalam celana ku."
"Kemudian apa yang terjadi?"
"Tidak ada, sungguh, dia cuma menggosoknya sedikit dan itu terasa nikmat. Teman-teman ku mengatakan itu namanya ngocok dan kau bisa mengeluarkan sperma mu jika pacarmu mengocok kontol mu."
"Buka celana mu."
Aku duduk di sebuah sofa dengan punggung ku menghadap ke jendela, kami tidak bisa terlihat melalui tirai itu, dan bukannya bersandar ke jendela itu, aku duduk ke depan dengan kedua kaki yang terentang lebar.
Aku memposisikan Jack berada di depan ku, kemudian mengangkat rok ku ke atas lutuh ku. Kontolnya jadi berdiri tegak, seperti tiang bendera.
"Aku rasa kau harus membuka bra ku Jack, benar kan? Ulurkan tangan mu ke arah ku, lalu jangkau ke balakang punggu ku dan buka penjepitnya."
Dia melakukannya, mencoba semampunya, dia menyelipkan tangannya disekitar ku ke dalam gaun ku yang terbuka, kontolnya menyentuh payudara ku dan tangannya meraba-raba di belakang punggung ku. Akhirnya aku harus membantunya, membuat dia merasakan penjepit itu, kemudian membantu dia untuk membukanya.
Saat bra ku terlepas dia duduk diatas lantai itu, tentu, dia kemudian memandang lurus ke arah rok ku.
"Apa yang sedang kau lihat."
"Tidak ada."
"Percayalah pada ku Jack, kau pasti sedang melihat sesuatu!"
"Aku tidak bermaksud untuk memandanginya."
Aku menangkap rok ku ke atas kepalanya saat dia berjuang untuk keluar. Aku membiarkan dia meloloskan diri. Dia duduk dengan wajah yang memerah di depan ku.
"Apa kau pernah menaruh tangan mu diatas rok Chris?" Aku tahu dia pernah, aku pernah melihatnya dari belakang tirai di kamar tidur itu.
"Ti.... t.. Tidak!"
"Apa itu benar?"
"Ya."
"Aku rasa itu bohong! Dan aku tidak ingin mengatakan pada ibu mu bahwa kau telah berbohong."
"Apa kau pernah menaruh tangan mu di atas rok Chris?"
"errr Ya."
"Nah benarkan, untuk berkata jujur itu tidaklah sulit bukan? Kenapa kau melakukannya?"
"Tidak tahu."
"Apa yang kau temukan disana?"
"Celana dalamnya."
"Bagaimana rasanya?"
"Terasa lembut dan hangat."
"Taruh tangan mu diatas rok ku."
Jack tampak jadi kaku, seperti kelinci yang tertangkap sinar lampu senter, ekspresi panik diwajahnya tampak jelas.
"Nah ayolah, taruh tangan mu diatas rok ku, kau sudah pernah melihat apa yang ada disana, tidak ada yang perlu ditakutkan, rasakan seperti apa celana dalam ku itu."
Tangannya begitu kaku saat dia mulai menjangkau celana dalam ku, itu terlihat seolah-olah dia sedang melambai pada seseorang.
"Bagaimana? Seperti apa rasanya?"
"Rasanya halus, dan tidak elastis di kaki."
"Apa kau pernah menaruh tangan mu ke dalam celana dalam Chris?"
Tiba-tiba dia menjadi lebih berani.
"Ya, rasanya hangat dan lengket dan sedikit berbulu."
"Nah sekarang lakukan hal yang sama dengan ku."
Dia melakukan seperti yang aku perintahkan, dan menyentuh ku.
"Ini terasa basah, dan sedikit lebih berbulu."
Napas ku jadi sedikit berat dan tidak mudah untuk bisa berbicara dengan normal.
"Nah kau sudah sedikit meraba-raba dan tahu seperti apa rasanya."
"Ini terasa begitu mulus ya, dan begitu lembut.... selain dari biji kecil ini."
Dia menyentuh clitoris ku. Aku hampir saja menendangnya. Bocah yang malang.
"Apa aku menyakiti mu?" Jack merasa cemas.
"Tidak sayang, aku hanya terlalu menyukai yang itu."
Dia menyentuh clitoris ku lagi, sampai aku tidak tahan dan merapatkan kedua kaki ku.
"Nah lihatkan, itu terjadi karena aku sangat menyukai apa yang kau lakukan."
Aku kembali merentangkan kedua kaki ku dan mendorong dia untuk melanjutkannya.
"Kau hanya memerlukan satu tangan disana."
Aku mengambil tangannya yang lain dan menaruhnya di payudara ku. Dia meremas ku dengan keras.
"Perlahan!" Aku mengingatkan dia.
"Ada sebuah lubang disana, apa itu lubang pantat mu." Dia meraba-raba ke dalam lubang yang itu dengan lezatnya.
"Bukan sayang, jika kau mengeluarkan jari mu dari sana, dan meraba sedikit lebih jauh ke bawah maka kau akan menemukan lubang pantat ku, lubang itu mungkin sedikit berkerut," aku masih menggenggam kontolnya yang keras di tangan ku.
"Oh iya, aku menemukannya. Apa aku harus memasukkan jari ku ke dalam sana?"
"Tidak sekarang sayang, mungkin lain waktu."
Aku agak kurang menyukai jika lubang pantat ku disentuh.
"Menurut ku sebelum kita melakukan hal lainnya mungkin kita harus berbaring dilantai itu."
Kami berbaring bersebelahan diatas permadani itu, wajah kami saling berhadapan.
"Sekarang, saat kau berbaring dengan seorang wanita, kau menyentuhnya untuk membuat dia merasa spesial, kau sudah tahu tentang cara menyentuh payudara, dan jika kau membalikkan tubuh mu ke atas maka kau bisa menjilati dan menghisap payudara itu."
"Urgh." Adalah respon yang tidak diharapkan. "Itulah yang dilakukan bayi untuk minum susu. Yuk!"
"Well kau tidak akan mendapatkan susu saat kau menjilati dan menghisap payudara seorang wanita saat kau sedang melakukan hal seperti ini."Jack memandang dengan sangat ragu. Tapi dia melakukannya, dengan hati-hati dia mengeluarkan lidahnya, menjilati salah satu ujung puting ku dengan lembut, lalu pindah ke puting yang satunya lagi. Karena tidak merasakan apapun yang tidak disukainya, dia melanjutkan untuk menghisapnya.
Seperti yang bisa kamu bayangkan, betapa sulitnya untuk bernapas dan memberikan instruksi, dengan sepasang bibir dan sebuah lidah yang belum berpengalaman sedang menghisapi payudara mu, dan sudah bertahun-tahun payudara ku tidak lagi dihisap.
"Bagus sekali." Aku memberikan semangat, "Nah benar bukan, tidak ada hal yang tidak menyenangkan tentang hal itu?"
Aku meraih tangannya dan mengarahkannya ke dalam gaun ku.
"Sekarang, bukannya langsung masuk ke dalam celana dalam ku karena kau sudah tahu apa yang akan kau temukan disana, kau harus melakukannya dengan cara yang benar, cara yang umumnya disukai oleh wanita, kau harus memulainya dengan cara  meraba-raba kaki ku dulu dan terus naik hingga ke atas celana dalam ku."
Dia mulai melakukannya dan aku menjadi basah karena nafsu ku, tubuh ku menggigil, mencoba untuk tidak melanjutkannya dengan terlalu cepat dan itu adalah sebuah tugas yang sulit.
Dia melakukan apa yang diminta dan akhirnya, mungkin dalam beberapa menit kemudian, tangannya sudah berada di celana dalam ku lagi kemudian di kulit lembut yang berada diatas stocking ku. Aku memandu tangannya untuk kembali ke luar dari dalam gaun ku.
"Nah kali ini, saat kau meraba-raba disepanjang kaki ku, sambil tidak lupa untuk membelainya, aku ingin kau membuka kancing gaun ku. Apa kau bisa melakukan itu?"
Dia mengangguk. Kali ini, saat tangannya sudah sampai di atas stocking ku aku menyuruh dia untuk melanjutkanya dan menaruh tangannya ke dalam rok ku.
Dia melakukan itu, menemukan sebuah bagian ku yang basah, menemukan clitoris kecil ku yang mengeras dan telah membuat ku terkejut saat pertama kali dia menyentuhnya, dan menemukan kembali bagian lembut itu yang sebelumnya telah dia temukan.
"Nah sayang ku, aku ingin kau melepaskan celana dalam ku."
"Apa melepaskannya?"
"Ya sayang, melepaskannya."
Dia berlutut disamping ku dan menarik pinggang dari celana dalam ku ke bawah, aku mengangkat pantat ku supaya dia bisa melepaskan celana dalam ku, kemudian mendorong dia untuk menggodanya dari memek ku yang basah. Dia berbaring dengan celana dalam itu di tangannya.
"Kau tahu bagaimana kau menemukan tempat itu yang kau anggap sebagai sebuah lubang?"
"Ya."
"Kita perlu mencari tahu seberapa dalam lubang itu." Aku sudah menggenggam kontolnya. "Inilah yang akan kita gunakan untuk mengetahuinya."
Aku membantunya untuk naik diantara kedua kaki ku. Setiap sentuhan itu membuat ku menjerit, dan posisinya itu tanpa kecuali.
"Kau pegang kontol mu dan lihat apakah kau bisa menemukan tempat itu lagi. Jika itu adalah sebuah lubang, kita perlu tahu seberapa dalam itu."
Dia melakukan apa yang aku perintahkan.
"Apa disana terasa enak dan licin? Bagus, bagus, sekarang gosokkan ujung kontol mu dari atas ke bawah, dan lihat apakah kau bisa menemukan lubang itu."
Dia menemukannya! Ujung kontol itu menyelip masuk. Sudah cukup lama sekali aku tidak lagi merasakannya, jadi itu terasa sungguh menakjubkan. Ujung kontolnya kembali keluar.
"Yes, aku sudah menemukannya, apakah rasanya lembut dan licin?"
"Benar, bagus sekali. Sekarang cari tahu seberapa dalam lubang itu. Masukkan lagi ujung kontol mu ke lubang itu."
Dia melakukannya.
"Sekarang masukkan sedalam yang kau bisa."
"Apa ini sudah cukup dalam?"
"Kembalilah ke tempat kau memulainya lalu coba lagi."
"Rasanya sangat enak."
"Ya memang sangat enak."
"Apa aku boleh melakukannya lagi?"
"Tentu, kau boleh melakukannya sesering yang kau mau."
Dia meneggelamkan kontolnya seperti seekor bebek yang menyelam ke dalam air, secara perlahan alam mengambil alih, dan dia pun menunggangi ku layaknya seorang jockey yang berpengalaman. Tapi tiba-tiba dia berhenti.
"Kenapa kau berhenti?"
"Rasanya ada sesuatu yang akan keluar dari kontol ku."
"Ya itu sudah pasti. Itulah yang seharusnya terjadi."
"Apa aku harus segera mengeluarkannya?"
"Tidak, jangan khawatir, aku harap itu akan keluar dengan sendirinya."
Bersama kami cuma berbaring disana setelah melewati masa-masa orgasme, sebuah perasaan puas yang membahagiakan melanda sekujur tubuh ku, suatu perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan. Aku memeluk Jack. Menunggu, tidak ingin dia menghilang dari ku.
"Nah sekarang kau sudah tahu, betulkan Jack, dan sekarang perhatikan. Ini sangat penting, ini bukanlah sesuatu yang seharusnya kau lakukan dengan gadis-gadis yang masih muda seperti Chris putri ku. Kau seharusnya hanya boleh melakukan ini dengan wanita yang lebih dewasa."
"Tapi ini rasanya nikmat sekali, rasanya sangat .... nikmat saat lendir itu keluar."
"Lendir yang keluar itu bukanlah masalah, yang jadi masalah adalah apa yang bisa dilakukan oleh lendir itu."
"Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh lendir itu selain memberikan rasa nikmat?"
"Membuat bayi, itulah apa yang bisa dilakukan oleh lendir itu."
Aku masih menunggu sampai kontol itu keluar dari memek ku.
"Apa kau akan memiliki seorang bayi sekarang."
"Tidak, tidak akan, dan aku juga tidak ingin putri ku Chris punya bayi. Itulah kenapa aku mengatakan ini bukanlah sesuatu yang seharusnya kau lakukan dengan gadis-gadis."
"Jika kau ingin melakukannya, datang dan temuilah aku, atau gunakan tangan mu, dan aku tahu kau pernah melakukan itu."
"Apa aku boleh melakukannya lagi sekarang?"
"Ya jika kau menginginkannya."
"APa aku bisa mendorongnya keluar masuk atau aku harus melakukannya dengan tangan ku."
"Mana yang lebih kau sukai?"
"Mendorongnya keluar masuk."
"Nah ada hal-hal lain yang perlu kau pelajari, jadi untuk saat ini tarik kontol mu keluar. Saat kita memulainya hari ini, kau meremas payudara ku dan menjilatinya, kemudian kau menaruh tangan mu di rok ku dan merasakan celana dalam ku, kemudian kau menemukan seberapa basah disana, lalu kau menemukan lubang yang lembut itu, dan kemudian kau memeriksa kedalamannya."
"Ya."
"Sekarang kau harus melakukan semuanya, dan sama seperti saat dengan Chris, kau harus memulainya dengan ciuman."
"Ciuman?" dia terlihat sangat ketakutan.
"Ya berciuman, sama seperti yang kau lakukan dengan Chris, tapi kau mungkin akan menemukannya lebih baik lagi. Jadi mendekatlah kesini dan cium aku."
Dia melakukannya, awalnya merasa enggan dengan cara merapatkan bibirnya. Akan tetapi setelah beberapa saat .... dia benar-benar menerima bahwa ciuman itu adalah sebuah bagian penting dari kenikmatan yang dia terima.
Aku mengarahkan tangannya ke payudara ku, dan setelah beberapa saat, mendesak dia untuk kembali ke bagian-bagian tubuh ku yang berada di bawah. Dia mulai meraba-raba celana dalam ku.
"Bagus sekali, tapi sekarang masukkan tangan mu dan buka celana dalam ku."
Dia membuka celana dalam ku, aku mengangkat pantat ku untuk membantunya, dan tidak lama kemudian celana ku terbuka. Dia sudah belajar dengan baik dan segera kembali melakukan kontak dengan memek ku yang basah serta lubang ku yang sangat lapar.
Aku membantunya untuk berada diantara kedua kaki ku yang terbuka, dia memasukkan seluruh bagian batang kontolnya ke dalam lubang memek ku lalu terdiam untuk sesaat. Itu memicu orgasme ku.
"Saat kau merasa sesuatu akan keluar dari kontol mu, beri tahu aku."
Dia mulai menunggangi ku dengan penuh semangat.
"Aku rasa lendir itu akan segera keluar."
"Kalau begitu akan lebih baik lagi jika kau bermain-main dengan payudara ku dan mencium bibir ku."
Dia melakukan keduanya dan itu membuat kami menggeliat, aku tahu dia sudah muncrat karena dia mengerang di mulut ku. Dia pasti tahu hal itu telah membuat ku merasakan sesuatu karena aku merapatkan kedua kaki ku.
"Apa kau sekarang akan jadi punya bayi? Aku tidak ingin kau jadi punya bayi."
"Tidak Jack, hanya wanita yang masih muda yang bisa punya bayi, itulah kenapa kau sebaiknya datang dan menemui ku jika kau ingin melakukan ini, atau gunakan tangan mu."
Dia terus memompa kontolnya keluar masuk, dan sekali lagi aku menunggu saat dia mengejang dan muncrat. Setelah sekitar setengah jam dan beberapa kali orgasme lagi, saat kontolnya masih berada di dalam memek ku, bergoyang keluar masuk dengan tanpa indikasi bahwa dia akan melemas, aku memutuskan untuk menyudahinya.
"Oooooh, apa itu harus? Rasanya sangat nikmat di dalam sana dan aku masih ingin muncrat lagi."
"Seberapa cepat itu akan muncrat jika aku mengijinkan mu?"
"Aku bisa mencoba untuk mengeluarkannya secepat mungkin." Matanya memohon.
"Oh baiklah, kalau begitu lanjutkan, muncratkan lagi, tapi lakukan dengan cepat, aku tidak bisa terus berbaring disini sepanjang sore."
Dia kemblai memasukkan kontolnya, dan aku mulai kehilangan dia. Maksud ku, aku mulai orgasme bgitu dia memasuki ku. Harus aku akui bahwa aku menjadi lega saat dia mengatakan bahwa dia akan muncrat. Saat dia muncrat jauh di dalam ku, aku tahu aku akan membutuhkan bantuan untuk berurusan dengannya.
"Nah sudah selesai, sekarang kenakan pakaian mu, dan beritahu ibu mu aku ingin bertemu dengannya."
"Apa aku dalam masalah?"
"Tidak, tapi cepatlah pulang, dan kembalilah besok sekitar pukul 9:30."
"Apa itu berarti aku bisa muncrat lagi nanti?"
Ya Tuhan, semua ini sekarang sudah seperti sebuah permainan yang dia tahu cara untuk memainkannya.
"Well, aku akan memikirkannya. Aku mungkin akan memberikan mu test untuk melihat apa saja yang sudah kau pelajari."
Aku masih sedang memulihkan diri saat Janet tiba dipintu rumah ku. Aku sedang mengenakan celana dalam dan payudara ku belum tertutup dengan bra.
"Bagaimana hasilnya? Apa kita akan memiliki masalah?"
"Oh semuanya berjalan lancar, kita berhasil. Besar? Tentu saja tidak, dia tidak sebesar itu ... dia luar biasa besar. Jika cuma aku yang harus mengatasinya, maka kita mungkin akan memiliki sebuah masalah. Aku tidak tahu apa aku sanggup mengatasinya, dia mengentot ku sekitar 5 atau 6 kali, aku lupa menghitungnya, itu setelah aku menunjukkan padanya apa yang harus dilakukan ... dan aku harus memaksanya untuk berhenti .... dia masih ingin lagi!"
"Jadi bagaimana selanjutnya."
"Dengan cara ini, aku rasa kita bisa membuatnya menjauh dari masalah, tapi aku akan membutuhkan bantuan. Aku mengatakan padanya untuk datang lagi besok supaya aku bisa memberikannya sebuah test."
"Aku akan bicara dengan ibu mertua ku malam ini, apakah dia setuju, saat kau melihatnya datang di jalan itu sekitar puku 9, datanglah kesini setelah kau menginngatkan Jack untuk datang menemui ku lagi. Kau bisa lihat sendiri kontolnya, dan ibu mertua ku akan memberikan test padanya."
Ibu mertua ku pernah mengatakan pada ku beberapa waktu yang lalu bahwa dia sangat merindukan kehidupan seks yang pernah dia miliki bersama suaminya. Betapa dia sangat berharap bisa berbagi tanpa ada resiko untuk bergantung pada teman-teman atau kemungkinan untuk mendapatkan sebuah 'reputasi.'
Aku mengunjunginya, dia tinggal tidak jauh dari rumah ku. Aku membawa sebotol kecil Port dan sebuah lemonade lalu duduk dan mengobrol.
Aku memulai percakapan tentang masalah seks tersebut, "Jean, terkadang aku merasa sangat putus asa, aku tidak bisa lagi menipu diri ku. Sekarang sudah tidak sama lagi, memek tua ku ini membutuhkan sebuah kontol yang keras, tapi lilin dan jari-jari ku itu adalah pengganti yang buruk untuk sebuah daging yang besar."
"Jika aku mengatakan pada mu bahwa aku mungkin memiliki sebuah cara yang aman untuk membantu mu, apa kau tertarik?"
Dia bangkit di kursi itu.
"Seberapa aman?"
"Sangat."
"Ceritakan pada ku."
Aku menceritakan semua padanya tentang kejadian hari itu.
"Apa kau yakin dia tidak akan bercerita pada siapapun? Dia itu masih sedikit lugu."
"Aku mengancam untuk memberi tahu ibunya, dia tidak tahu bahwa ibunyalah yang berada dibalik semua ini."
"Hmmmm."
""Aku akan mengatakan ini pada mu, tapi ini mungkin akan membuat mu jadi ketakutan, kontolnya itu sangat besar. Aku rasa kontol itu akan membelah Chris jadi dua jika itu adalah kontol pertamanya dan itulah yang sedang kami coba untuk hidari. Dan juga kami tidak ingin Chris atau siapapun menjadi hamil."
"Sebesar itu?"
"Luar biasa besar. Lebih besar dibanding kontol Bob suami ku, dan lebih besar dibanding pria-pria lain yang pernah mencoba ku sebelum atau sesudah Bob."
"Itu terdengar menjanjikan."

"Aku sudah mengatakan padanya untuk datang lagi besok pagi dan aku akan memberikannya sebuah test untuk melihat apa saja yang sudah dia pelajari. Menurut ku akau akan memerintahkan dia untuk masuk ke dalam kamar itu dan duduk bersama mu, lalu kau bsia mengatakan padanya bahwa kemarin dia sudah mendapatkan pelajaran tentang seks lalu mempraktekkannya, dan dia harus kembali melakukan semua itu dengan mu karena itu akan menjadi test untuknya."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara Aku, Ibu dan BibiKu

Namaku Riko, usiaku saat ini 16 tahun, baru saja naik kelas 2 SMU. Aku adalah anak semata wayg orangtuaku. Ayahku, Gito, 40 tahun, seorang pegawai swasta, dengan posisi sudah mapan, ibuku, Santi, 36 tahun, juga bekerja sebagai karyawati di sebuah perusahaan swasta. Secara ekonomi keluarga boleh dibilang mapan menengah ke atas. Kami sekeluarga tinggal di kota Jakarta. Ayahku sendiri berasal dari kota Semarang, sementara ibuku berasal dari sebuah desa di dekat kota Tasikmalaya. Kalau aku, ya karena lahir dan besar di kota Jakarta, lebih merasa sebagai orang Jakarta saja tuh.

Ayah Mertua, Suami BaruKu.

Namaku Fara, usiaku baru saja menginjak 26 tahun. Aku telah menikah dengan mas Budi (nama suamiku) selama lebih dari 5 tahun. Pernikahan kami dapat terbilang langgeng, tentram tanpa adanya gangguan ataupun masalah yang berarti. Begitupun dengan hubungan birahi kami, semua berjalan lancar seperti pasangan-pasangan lainnya. Bertahun-tahun aku dan suamiku memiliki kehidupan seks yang bagus, dan dia benar-benar bisa memuaskan nafsu birahiku. Berbagai macam literature kami baca dan pelajari guna mendapatkan ide serta masukan baru guna mempererat tali birahi kami. Mulai dari koran, majalah, novel stensilan, hingga internet, mengisi keseharian kami berdua.

Kampung Di Tepi Hutan Jati

Pagi yang indah,Dargo menikmati kopinya dengan duduk di teras depan rumahnya,sesekali melambai dan menyahuti sapaan orang orang yang melintas di depan rumahnya,jalan desa kecil yang hanya ramai bila pagi dan sore hari ketika warga kampung berangkat dan pulang dari sawah,maklumlah desa itu hanyalah desa kecil di tepi hutan jati. Dargo sendiri hanyalah anak desa biasa,bapaknya Suhadi,45 tahun,seorang petani yang beruntung memiliki sawah yang lumayan luas.Ibunya Haryani,biasa dipanggil Yani, 35 tahun, hanya seorang ibu rumah tangga biasa.Nanta sendiri sekarang kelas 2 di smu negeri satu satunya yang ada di kecamatan.