Cerita ini dimulai pada suatu hari saat Billy baru pulang
dari sekolah. Saat masuk ke ruang tengah, dia melihat bahwa ibunya sedang
kedatangan seorang tamu.
"Ah Billy, ini Tante Helena, dia akan menyewa kamar
dirumah kita." Billy melihat bahwa wanita itu mengenakan sebuah cincin
kawin, dia berasumsi bahwa wanita itu mungkin adalah seorang janda yang
ditinggal mati suaminya atau bercerai.
"Hello Tante Helena, aku merasa sangat senang bertemu
dengan mu." Billy mengulurkan tangannya lalu wanita itu menyambutnya,
Billy merasakan tangan wanita itu meremas tangannya.
Marry, ibunya Billy, sudah beberapa lama mencoba untuk
menyewakan kamar dirumahnya, tapi para pelamar sepertinya tidak ada yang cocok.
Sedangkan Tante Helena tampaknya coock di hati Marry. Berusia 31 tahun, janda,
tidak merokok, juga tidak punya anak.
Mereka duduk untuk ngobrol beberapa lama dan kemudian Marry
bangkit dari duduknya untuk membuat makan malam. Helena juga ikut bangkit,
"ijinkan aku membantu mu Marry."
Sambil menyuruhnya untuk tetap duduk, Marry berkata,
"Tidak perlu Helena, kau berkenalanlah dulu dengan Billy."
Saat Marry pergi ke dapur, Helena memutar kursinya untuk
menghadap ke awah Billy. "Jadi, bagaimana sekolah mu Billy?"
Billy menjelaskan bahwa sekolahnya sedang liburan musim
panas dan dia sudah memiliki sebuah pekerjaan, tapi masih satu bulan lagi
sebelum dia bisa mulai bekerja.
"Apa yang akan kau lakukan Billy?" Tanya Helena.
"Aku akan belajar untuk menjadi seorang ahli kebun,
mereka mengirim ku untuk bersekolah, jadi begitu aku lulus maka aku bisa
bekerja dimana pun." Jawab Billy.
"Aku rasa kau pasti punya banyak pacar." Kata
Helena.
Dengan sedikit tersipu, Billy menjawab, "Tidak."
Tanpa mengubah ekspresinya, kemudian Helena berkata,
"Oh, kalau begitu kau pasti sering masturbasi."
Billy terdiam tanpa bisa memberikan jawaban apapun. Dia
merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Ma'af, aku tidak
mengerti apa maksud mu."
Senyuman Helena tampak benar-benar tulus saat dia
mengatakan. "Aku berpikir karena kau tidak punya pacar, berarti kau tidak
melakukan hubungan seks, jadi kau pasti sering melakukan masturbasi."
Billy memandang Helena dengan tatapan kosong.
"Aku yakin kau tahu apa itu masturbasi Billy."
Kata Helena.
Billy jadi merasa lega saat ibunya kembali dari dapur.
"Bagaimana obrolan mu dengan Billy Helena?" Tanya Marry.
"Baik-baik saja, aku bertanya apakah Billy sering
masturbasi." Jawab Helena.
"Oh ya ampun," pikir Billy, "ini akan jadi
kacau."
Bukannya menjadi marah seperti yang Billy duga, ibunya malah
berkata, "Aku rasa dia memang sering masturbasi."
"Mum," kata Billy.
Mary memandang ke arahnya. "Billy, kau tidak perlu
merasa malu karenanya, itu sudah jelas, terutama dengan suara-suara yang kau
buat saat kau sedang orgasme."
Billly buru-buru pergi meninggalkan ruang itu, menuju ke
kamarnya. Dia merasa kesal, pertama wanita asing yang baru saja pindah ke rumah
mereka itu bertanya padanya apakah dia sering masturbasi, lalu ibunya dengan
terang-terangan mendiskusikan bahwa dia tahu kalau Billy sering melakukannya.
Ada suara ketukan di pintu kamarnya, Billy berasumsi bahwa
itu adalah ibunya, jadi dia menjawab, "masuklah." Pintu kamarnya
terbuka dan masuklah Tante Helena. "Aku minta ma'af Billy, aku rasa aku telah
membuat mu jadi malu di depan ibumu, tolong ma'afkan aku."
Billy awalnya tidak mengatakan apapun, tapi kemudian dia
berkata, "Tidak apa-apa." Kemudian Helena berkata, "Maukah kau
turun untuk makan malam?" Billy merasa sedikit canggung , tapi dia juga merasa
sangat lapar. "Baiklah."
Mereka duduk dan makan dengan hening. Setelah selesai,
Helena menawarkan diri untuk mencuci piring.
Saat Helena sedang di dapur, Marry berkata, "Ma'afkan
aku Billy, aku tidak bermaksud untuk membuat mu kesal. Tapi aku merasa bahwa
kau perlu tahu kalau aku bisa mendengar apa yang kau lakukan. Aku tidak marah,
tapi aku sudah mendengar hal-hal yang kau katakan tentang diri ku saat kau
sedang orgasme, hal-hal yang ingin kau lakukan pada ku."
Wajah Billy jadi memerah. "Ma'afkan aku mom, tapi tidak
seharusnya kau mendiskusikan itu di depan Tante Helena, aku merasa kaget saat
kau tidak marah sewaktu dia menanyakan pada ku apakah aku sering
masturbasi."
"Dengar Billy, Tante Helena itu seorang wanita yang
sangat lugas, seperti yang aku katakan, kau tidak perlu merasa malu jika kau
sering masturbasi, dan jika itu membantu mu untuk orgasme, dengan mengatakan
hal-hal yang ingin kau lakukan pada ku, maka itu juga tidak mengapa. Tapi kau
perlu merasa sedikit lebih rileks tentang seks."
Billy mengangkat bahunya, lalu Marry berkata. "Jika
Tante Helena menanyakan sesuatu yang pribadi pada mu, maka cobalah untuk
menjawabnya dengan jujur, mungkin jika kau membalikkan pertanyaan itu supaya
dia harus menjawabnya sendiri, apa kau mau mencobanya?""Baiklah."
Jawab Billy.
Helena kembali dari dapur sambil membawa nampan berisi tiga
gelas teh. "Aku rasa kita bisa minum teh bersama-sama." Dia menaruh
nampan itu dimeja, lalu memberikan secangkir teh pada Billy, "Apa kau
sudah mema'afkan aku Billy?" Billy menganggukkan kepalanya.
Mereka lalu menonton beberapa acara televisi. Ketika sudah
hampir jam 10 malam, Marry menyarankan bahwa Billy yang pertama mengambil
giliran untuk mandi, kemudian Helena. Setelah selesai mandi, Billy duduk di
samping perapian. Kemudian Helena keluar dengan mengenakan gaun tidurnya. Marry
pergi untuk mandi.
Helena duduk dan menyisir rambutnya, kemudian dia bertanya.
"Jadi Billy, apakah penis mu sangat besar?"
Billy ingin lari ke kamarnya tapi kemudian dia jadi teringat
kata-kata ibunya. "Ya,, dan kau?" Begitu kata-kata itu keluar dari
mulutnya, dia menyadari betapa bodohnya itu.
"Tidak Billy, seorang wanita memiliki vagina, punya ku
tidaklah sangat besar, bahkan cukup sempit." Billy merasakan kontolnya
mulai mengeras dan dia menutupinya dengan tangan.
"Jadi, seberapa besar penis mu, empat atau lima
inchi?" Tanya Helena. Saat ini Billy sudah sampai pada tahap dimana dia
selalu mengukur penisya, jadi dia tahu seberapa besar ukurannya, perkiraan
Tante Helena itu salah. "Sebenarnya 7,5 inchi." Jawab Billy.
Marry yang sejak tadi berdiri dipintu, melangkah masuk ke
dalam ruangan itu. "Billy, bukankah sudah ku katakan kau tidak boleh
melebih-lebihkan sesuatu." Billy hendak protes saat Marry berkata pada
Helena, "Aku terkejut pada mu Helena, kau ternyata sama nakalnya dengan
Billy, aku ragu punya mu sesempit yang kau katakan."
Helena memandang pada Billy, "Well, aku tidak tahu
tentang mu Billy, tapi aku rasa tidak adil jika ibumu meragukan apa yang kita
katakan."
Billy mengangguk, "Ya, aku tahu bahwa aku mengatakan
yang sebenarnya."
Helena tersenyum, "Aku rasa mungkin kau membayangkan
penis mu sebesar itu, tapi aku meragukannya.
"Well, aku yakin vagina mu tidaklah sesempit yang kau
katakan." Billy menantikan amukan ibunya, tapi ternyata tidak, ibunya
malah berkata, "Menurut ku itu adalah sebuah tantangan untuk mu
Helena."
Helena berdiri, "Aku menerimanya, tapi aku tidak tahu
bagaimana aku bisa membuktikannya."
"Aku rasa dua jari saja sudah cukup untuk
membuktikannya, bagaimana menurut mu Billy?" Tanya ibunya.
Billy tidak tahu maksud dari perkataan ibunya itu, tapi dia
merasa kesal karena ibunya meragukan kata-katanya. "Ya, aku rasa
begitu," kemudian dia menambahkan, "maksudnya?"
Ibunya berdiri, "Well Billy, aku tidak tahu apakah kau
harus tetap disini saat aku melihat apakah klaim Helena itu benar, maksud ku
dia mungkin merasa keberatan jika kau melihat vaginanya." Mendengar ini
Billy jadi iingin tetap disana, tapi dia berasumsi bahwa Tante Helena pasti
ingin dia pergi.
Yang membuat Billy terkejut, Helena malah berkata,
"Tidak Marry, aku tidak keberatan jika Billy melihat vagina ku, selama kau
tidak merasa keberatan." Billy memandang pada ibunya. "Aku tidak
keberatan."
Billy duduk disana menunggu untuk melihat seperti apa test
dua jari itu. Helena duduk di lengan kursi itu. "Baiklah Billy, apa yang
akan aku lakukan adalah memasukkan dua jari ku ke dalam vagina Helena."
Mulut Billy ternganga.
"Ya," Helena menambahkan, kemudian jika dia bisa,
ibumu akan menambahkan satu jari lagi ke dalamnya, jika tidak bisa, berarti itu
membuktikan bahwa aku tidak sekedar melebih-lebihkannya." Mulut Billy
masih ternganga.
"Apa kau sudah siap Helena?" Helena mengangguk.
Billy menatap saat Helena merentangkan kedua kakinya, lalu membuka gaun tidurnya.
Dia melihat bahwa wanita itu tidak mengenakan pakaian dalam. Dia menelan
ludahnya saat melihat bulu jembut Helena.
Marry mengambil Vaseline lalu mengoleskan ke jari-jarinya,
kemudian memberikan isyarat pada Helena bahwa dia sudah siap. Helena mengangkat
kakinya ke atas lalu membuka lututnya lebar-lebar.
Marry kemdian berkata. "Billy aku ingin kau menjadi
saksi apakah aku bisa memasukkan dua jari ku ke dalam sana, jadi kau perlu
mendekat." Billy bergerak mendekat. "Apa kau bisa melihat vagina
Helena dengan jelas?" Tanya ibunya. "Oh tentu saja." Jawab
Billy.
Billy merasa sangat takjub dengan pemandangan yang ada di
depannya, ibunya menaruh ujung jarinya di lubang vagina Helena lalu
mendorongnya dengan perlahan, wajah Helena tampak berubah tapi dia tidak
mengatakan apapun.
Akhirnya, jari Marry berhasil masuk ke dalam. "Apa kau
sudah siap untuk jari berikutnya Helena?" Tanya Marry. "Ya, tapi
cobalah melakukannya dengan perlahan." Jawab Helena. Ibu Billy berusaha
keras untuk memasukkan jarinya yang kedua namun sia-sia.
"Jadi Billy," kata Helena dengan bangga,
"bisa kau lihat bahwa aku berkata jujur?" Billy mengangguk dengan
bodohnya. Ibunya mengeluarkan jarinya dari dalam vagina Helena lalu menyekanya
dengan handuk yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya. "Baiklah
Billy, sekarang giliran mu."
"Apa?" kata Billy. Ibunya berkata, "Aku
mengatakan bahwa sekarang giliran mu untuk membuktikan klaim mu tadi, entah
Helena atau aku sendiri yang akan mengukurnya, kau yang harus
memutuskannya."
Billy menyadari bahwa dia tidak bisa menolaknya, lagi pula,
Helena sudah mengijinkan dia untuk melihat dia sedang di uji. "Apa kau
perlu menyentuhnya?" Tanya Marry. "Aku rasa begitu, hanya untuk
memastikan bahwa kau tidak berlaku curang." Jawab Helena.
Billy memikirkan dilemma tersebut selama beberapa detik,
pemikiran tentang Helena yang menyentuhnya di bawah sana tampak sedikit aneh,
tapi akan lebih aneh lagi jika yang melakukan itu adalah ibunya. "Tante
Helena," hanya itu yang bisa Billy katakan.
"Bailah Billy," kata Helena, "kau perlu
membuka celana mu." Dengan perlahan Billy membuka celananya. Kemudian
ibunya berkata, "Kita perlu membuatnya jadi ereksi Helena."
Kontol Billy masih tegang karena meilihat pemandangan
sebelumnya, jadi saat celananya jatuh ke lantai, Helena berkata, "Aku rasa
itu tidak akan jadi masalah, Marry, dan aku rasa Billy mungkin sudah berkata
jujur." Ibu Billy hanya bisa menganggukkan kepalanya.
Masalah berikutnya adalah menemukan sesuatu untuk mengukur
kontol Billy itu.
Marry mengambil sebuah meteran yang biasa dia gunakan untuk
menjahit, Helena membentangkan meteran itu dan menempatkan ujungnya pada bagian
dasar dari kontol Billy, dia merentangkan meteran itu lalu meminta Marry untuk
menariknya agar kencang.
Saat Helena bergerak mendekat untuk melihat angka ukurannya,
Billy merasakan napas Helena yang hangat menerpa secara lembut di kontolnya
sehingga kontolnya jadi bertambah besar. "Ukurannya adalah 8 inchi,"
kata Helena.
Billy merasa bangga, sampai ibunya mengatakan, "Kain
meteran itu meregang, kita perlu menggunakan penggaris." Kemudian dia
mengambil penggaris dari dalam tas sekolah Billy.
Marry mensejajarkan meteran itu dengan penggaris tersebut,
kemudian dia menarik meteran itu. "Ya ampun," Marry berteriak,
"ukurannnya 7,5 inchi." Kedua wanita itu memandang ke arah Billy.
Kemudian Helena berkata, "Aku tidak akan merasa kesulitan untuk memasukkan
penis itu ke dalam vagin aku."
Marry mulai tertawa, "Oh Helena, kau benar-benar lucu,
bagaimana mungkin kau bisa memasukkan penis itu ke dalam vagina mu, kalau
memasukkan dua jari saja tidak bisa?" Helena tampak kesal, "Aku pasti
bisa."
Billy mendengarkan kedua wanita itu, dia merasa tidak
percaya bahwa ibunya membicarakan tentang dia seperti itu, tapi dia juga sering
memikirkan saat-saat dimana dia memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang
wanita, meskipun wanita itu lebih tua darinya seperti Helena.
"Bagaimana Billy?" kata ibunya, "Aku rasa kau
yang harus memutuskannya."
"Apa maksu mu mom?" Tanya Billy.
"Jika kita ingin membenarkan pernyataan Helena itu,
maka kau perlu mencoba memasukkan penis mu itu ke dalam vaginanya." Jawab
Marry.
Billy merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar,
apakah dia sedang berminpi, atau mungkin dia sudah jadi gila. "Aku tidak
mengerti mom."
Ibunya menyodorkan botol vaseline, "Oleskan vaseline
ini ke penis mu, lalu kita akan lihat, apakah kau bisa memasukkan penismu itu
ke dalam vagina Helena."
Billy merasa jadi gila, ibunya memerintahkan dia untuk
mencoba memasuukkan penisnya ke dalam vagina Helena. "Aku tidak tahu apa
yang harus ku lakukan," kata Billy. Helena kemudian berkata, "Tidak
perlu cemas Billy, ibumu akan membantu mu."
"Satu hal," kata Marry, "itu tidak akan
dihitung, kecuali dia bisa membuat mu orgasme dan Billy harus enjakulasi di
dalam vagina mu, setuju?"
"Oh iya, tentu saja," jawab Helena.
"Lepaskan celana mu Billy, aku akan mengoleskan
vaseline lagi ke dalam vagina Helena, untuk jaga-jaga saja seandainya kau tidak
bisa memasukkan penis mu ke dalam vaginanya." Suara ibunya terdengar jadi
aneh.
Billy membuka celananya seperti yang diminta. Helena
mengangkat kakinya ke atas lengan kursi lalu merentangkan kedua lututnya
sehingga Billy bisa melihat vaginanya, kemudian Helena menggunakan jarinya
untuk membuka belahan memeknya.
"Berlututlah di depan Helena Billy, penis mu harus
berada pada ketinggian yang sama dengan vagina Helena." Kata ibunya. Billy
berlutut dan melihat bahwa penisnya berada hanya beberapa inchi dari lubang
vagina Helena.
Ibunya bergerak ke arah mereka. "Dengan baik-baik
Billy, sangat penting bagi mu untuk melakukan persis seperti yang aku katakan.
Aku akan memegang penis mu dan memandunya ke dalam lubang vagina Helena, kau
tidak boleh buru-buru mendorong penis mu ke dalam vaginanya. Helena akan
menampung penis mu sedikit demi sedikit, apa kau sudah mengerti Billy?"
Billy mengangguk. Dia sedikit kaget saat ibunya menggenggam
penisnya lalu memandu penisnya itu ke lubang vagina Helena. "Okay Billy,
dorong penis mu sedikit."
Billy mendorong penisnya dan merasakan ujung penisnya itu
tiba-tiba masuk ke dalam lubang vagina Helena yang hangat. Dia merasakan Helena
jadi menegang sehingga dia berhenti mendorong. Setelah beberapa detik, Helena
melihat ke arah ibunya dan Billy melihat ibunya menganggukkan kepalanya.
"Baiklah Billy, dorong sedikit lagi."
Semua itu di ulang-ulang beberapa kali sampai Billy berhasil
memasukkan semua batang kontolnya ke dalam lubang memek Helena yang sempit.
Marry melangkah mundur sedikit lalu berkata, "Aku ingin kau menarik kontol
mu sampai hampir keluar semuanya, lalu dorong lagi ke depan, dan teruslah
lakukan seperti itu."
Billly belum pernah mengalami hal yang serupa itu, tidak
lama kemudian dia sudah menggerakkan kontolnya keluar masuk, sedikit
meningkatkan kecepatannya. "Perlahan Billy," ibunya memperingatkan,
"Aku akan menahan kaki Helena, setelah itu aku ingin kau bergerak
bersaamanya, sehingga kau mendorongnya ke atas dan ke bawah."
Itu membuatnya jadi lebih baik lagi, Billy menemukan bahwa
itu membuat penisnya jadi bisa masuk lebih dalam lagi.
Helena mulai mengeluarkan suara-suara aneh, ibunya melihat
kecemasan Billy lalu berkata, "Tidak apa-apa Billy, suara-suara itu karena
Helena mulai merasakan orgasmenya. Aku ingin kau memastikan dia akan orgasme
dengan benar-benar kuat sebelum kau selesai, aku akan memberi tahu kapan kau
boleh enjakulasi di dalam vaginanya."
Semuanya terasa seperti tidak nyata, dia sedang berhubungan
sex dengan seorang wanita yang lebih tua, dan ibunya bukan cuma sekedar
menonton tapi juga memandunya. Saat ini, Helena mulai mengejang dan mnegerang
saat Billy mendorong penisnya keluar masuk dari vagina Helena. Ibunya bertanya,
"Apa kau sudah hampir muncrat Billy?"
Billy merasa kontolnya mulai geli yang menjadi tanda bahwa
dia hampir mencapai klimaxnya, "Iya mom, aku tidak tahu berapa lama lagi
aku bisa menahannya, ughhh."
Helena berhasil untuk mengatakan, "Ughhh, tidak apa-apa
Marry, urghhh, aku sudah orgasme, urghhh, biarkan dia muncrat di dalam vagina
ku, urghhh."
Marry berkata, "Okay, Billy, kau boleh enjakulasi di dalam
vagina Helena sekarang."
Billy mengerang saat dia mulai menyemprotkan spermanya ke
dalam vagina Helena. Helena menurunkan kakinya dan Billy pun menarik keluar
kontolnya yang masih tegang. "Ya ampun Billy," kata ibunya, "apa
kau masih ereksi?" Billy mengangguk.
Helena kemudian berkata, "Tapi aku tidak yakin dia akan
mampu melakukannya lagi."
"Aku mampu melakukannya lagi," kata Billy,
"dengan mudah." Kedua wanita itu menolak untuk percaya. "Tapi
aku benar-benar bisa." Kata Billy berusaha meyakinkan.
"Well, aku tidak sanggup lagi," kata Helena.
Kemudian Marry berkata, "Well Billy, jika kau ingin membuktikannya, itu
berarti aku yang akan melakukannya."
Billy terduduk disana sambil menatap ibunya. "Nah
benarkan," kata Helena, "Sudah kubilang dia tidak akan sanggup
lagi."
Marry membuka pakaiannya, Billy menahan napas.
"Okay," kata Billy, "Tapi cuma untuk membuktikan bahwa aku
bisa."
Setelah membuka semua pakaiannya, Marry mengambil posisi
yang sama seperti yang tadi dilakukan Helena. "Helena, apa kau bisa
memandu Billy untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina ku?" Helena
menjawab, "Ya, tentu saja."
Semuanya jadi terasa aneh, Billy akan memasukkan penisnya ke
dalam vagina ibunya. Dia mendorong ke penisnya ke depan dan merasakan vagina
ibunya menelan habis batang kontolnya. Marry mengeluarkan sebuah erangan.
"Perlahan Billy, kau juga harus membuat ku orgasme dan aku harus merasakan
kau enjakulasi di dalam vagina ku."
Karena dia baru saja klimax, Billy jadi bisa melakukannya
dengan lebih lama, dia memompa penisnya keluar masuk di vagina ibunya.
"Berhenti sebentar Billy, aku perlu mengangkat kaki ku lebih tinggi supaya
aku bisa lebih merasakan penis mu di dalam vagina ku." Kata Marry.
Lutut Marry tepat berada di dadanya, dan Billy jadi bisa
memasukkan penisnya sedalam mungkin. Mulut ibunya berada dekat di telinga Billy
dan dia berbicara pada Billy dengan lembut, "Aku sayang pada mu Billy, aku
ingin tahu bahwa aku bisa melakukan ini dengan nyaman bersama ku, apa kau
merasa nyaman?"
"Oh tentu saja mom." Jawab Billy.
"Lalu katakan pada mu apa yang sudah kau lakukan pada
ku." Kata Marry.
"Aku sedang berhubungan seks dengan mu." Kata
Billy.
"Bukan Billy, katakan pada ku hal-hal yang ucapkan saat
kau sedang mengocok kontol mu sendiri." Kata Marry. "Ayolah Billy,
kau boleh mengatakannya."
Billy menarik napas panjang, "Aku sedang mengentot
mu." Ibunya mengejang saat orgasme pertamanya menyerang, "Ughhhh, nah
begitu Billy, teruslah mengatakannya, itu akan membantu ku untuk orgasme,
ucapkan hal-hal yang pernah kau katakan tentang vagina ku, apa yang sedang kau
entot?"
"Memek mu." Kata Billy. Marru pun mengejang lagi.
"Aku sedang mengentot memek mu mom." kata Billy.
"Ughhhh, muncratlah di dalam memek ku Billly,
urghhh." Kata-kata kotor yang meluncur keluar dari mulut ibunya itu
membuat Billy jadi tidak tahan lagi dan Marry pun merasakan semburan yang
kencang dari ujung kontol Billy ke dalam vaginanya.
"Oh Billy, bukankah ini lebih baik dari pada sekedar
mengkhayalkannya?" Kata Marry.
"Ya mom, jauh lebih baik." Jawab Billy.
"Well Marry, dia ternyata berkata jujur." Kata
Helena.
"Ya," kata Billy, "Sudah ku bilang aku
bisa."
Kemudian Marry berkata, "Tapi Billy, bisakah kau
melakukannya setiap malam?"
Komentar
Posting Komentar